Penyakit Menular Konjungtivitis

Juni 02, 2017
A.    Pengertian Konjungtivitis
Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.
B.     Klasifikasi Konjungtivitis
Berikut ini adalah klasifikasi penyakit konjungtivitis :
1.      Konjungtivitis Bakteri
·         Definisi: Konjungtivitis bakteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, mudah menular.
·         Etiologi: Organisme penyebab tersering adalah Staphylococcus, Sreptococcus, Pneumococcus, Neisseria gonorrhea, Herpes Simpleks, Klamidia dan Haemophilus.
·         Tanda dan gejala: Konjungtivita bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti ada benda asing, dan limfadenopati preaurikular. Kadang disertai keratitis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata akan menular ke mata yang lain dan dapat menjadi kronis. Biasanya pasien datang dengan mata merah, secret mata, dan iritasi mata.
·         Pemeriksaan Penunjang: Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru yang akan menunjukkan diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat diplokok gram negatif intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan agar darah dan coklat.
·         Komplikasi: Staphylococcus dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Neisseria gonorrhea menyebabkan perforasi kornea, Herpes Simpleks dapat menyebabkan parut kornea, penyakit Klamidia dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut kornea yang dapat mengancam penglihatan.
·         Penatalaksaan: Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, etc. selama 3- 5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap jam disertai obat salep mata untuk tidur atau salep mata 4 – 5 kali sehari.
·         Prognosis: Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti haemophilus influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1 -3 hari.
2.      Konjungtivitis Alergika
Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis.
a.       Akut (konjungtivitis demam hay)
Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap allergen yang tersebar di udara (biasanya serbuk sari). Gejala dan tanda antara lain  rasa gatal, injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis), lakrimasi.
b.      Konjungtivitis kronis juga diperantarai oleh IgE. Sering mengenai anak laki-laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun. Gejala dan tanda antara lain rasa gatal, fotofobia, lakrimasi.
3.      Konjungtivitis Neonatorum
·         Definisi: Konjungtivitis Neonatorum (Oftalmia Neonatorum) adalah suatu infeksi pada konjungtiva (bagian putih mata) dan selaput yang melapisi kelopak mata.
·         Penyebab: Konjungtivitis neonatorum didapat ketika bayi melewati jalan lahir dan organisme penyebabnya adalah bakteri yang biasanya ditemukan divagina. Paling sering menyebabkan konjungtivitis neonatorum adalahChlamydia. Bakteri lainnya adalah Streptococcus pneumoniae,Hemophilus influenzae dan Neisseria gonorrhoeae (bakteri penyebabgonore). Virus juga bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum, yang paling sering adalah virus herpes simpleks.
·         Tanda dan gejala
ü  Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya timbul dalam waktu 5-14 hari setelah bayi lahir. Infeksinya bisa ringan atau berat dan menghasilkan nanah (bisa sedikit ataupun banyak).
ü   Konjungtivitis karena bakteri lainnya mulai timbul pada hari ke 4-21, bisa disertai ataupun tanpa pembentukan nanah.
ü   Konjungtivitis karena bakteri gonore timbul pada hari ke 2-5 atau mungkin lebih awal (terutama jika selaput ketuban telah pecah sebelum waktunya dan infeksi sudah mulai timbul sebelum bayi lahir).
ü  Infeksi herpes simpleks bisa hanya menyerang mata atau bisa juga mengenai mata dan bagian tubuh lainnya.
ü   Apapun penyebabnya, kelopak mata dan bagian putih mata biasanya membengkak. Jika kelopak mata dibuka, maka nanah akan mengalir keluar.
·         Jika pengobatan ditunda, maka bisa terbentuk luka terbuka padakornea sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan.Untuk mengobati konjungtivitis karena bakteri, diberikan salep yang mengandung polimiksin dengan basitrasin, eritromisin atau tetrasiklin, yang dioleskan langsung ke mata.
·         Sebanyak 50% bayi yang menderita konjungtivitis klamidia juga menderita infeksi klamidia di bagian tubuh lainnya, kaena itu juga diberikan eritromisin per-oral (melalui mulut).
·         Konjungtivitis karena virus herpes diobati dengan obat tetes mata atau salep trifluridin dan salep idoksuridin. Juga diberikan obat anti virus asiklovir dengan pertimbangan bahwa virus telah menyebar atau akan menyebar ke otak dan organ lainnya.
·         Salep kortikosteroid tidak diberikan karena akan memperburuk infeksi klamidia maupun infeksi virus herpes.
·         Pencegahan: Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin diberikan salep atau tetes mata perak nitrat, eritromisin atau tetrasiklin. Kepada bayi yang ibunya menderita gonore diberikan suntikan antibiotik seftriakson.
4.      Konjungtivitis Gonokokal
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bias menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semenyang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus korneaabsesperforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.
5.      Keratokonjungtivitis Vernalis
·         Definisi: Keratokonjungtivitis Vernalis adalah peradangan konjungtiva yang berulang (musiman).
·         Penyebab: Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Keratokonjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.

·         Tanda dan gejala
ü  Gatal hebat
ü  Mata merah dan berair
ü  Peka terhadap cahaya (fotofobia)
ü  Kotoran mata yang kental dan lengket
ü  Keseluruhan gejala biasanya menghilang pada musim dingin.
·         Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
·         Pengobatan: Jangan menggisik mata karena bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut. Kompres dingin bisa mengurangi gejala. Tetes mata antialergi seperti cromoline, lodoxamind, ketorolac dan levokabastin merupakan pengobatan yang paling aman. Antihistamin oral juga bisa membantu meringankan gejala. Corticosteroid bisa mengurangi peradangan, tetapi sebaiknya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu karena bisa menyebabkan peningkatan tekanan pada mata, katarak dan infeksi opportunistik.
6.      Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan :
·         secret berair dan purulen terbatas
·         adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikular
·         selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.
Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangat menular. Organisme penyebab tersering adalah adenovirus, dan yang lebih jarang, Coxsackie dan pikornavirus. Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan pembentukan pseudomembran pada konjungtiva. Serotipe adenovirus tertentu juga dapat menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan. terapi untuk konjungtivitis ini tidak diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder. Pasien harus diberikan instruksi hiegine untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misalnya menggunakan handuk yang berbeda). Terapi keratitis masih controversial.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔